Tuesday, May 6, 2014

Apa benar "sistem" ini salah? (pertanyaan tetang study kelayakan pada sisitem dan perdebatan dalam kepala mahasiswa)

Jadi yang salah siapa?
Pertanyaan ini akhir-akhir ini sering sekali menghantui pikiran gue sebanyak gue bergaul dengan berbagai jenis bangsa mahluk di kampus gue. Bukan, bukan gue sedang mempertanyakan masalah kasus pedofil Emon di Sukabumi, atau gue tertarik untuk melanjutkan kiprah Emon di ranah per-pedofilan. Ini murni tidak ada hubungannya dengan Emon, yang pedofil, Jokowi yang nyapres atau Ical yang dilarang jadi capres hanya karena katanya bukan dari suku jawa.
Ini murni masalah hidup gue, kelanjutan karier gue (ceileh macam eksmud aja ngomonginnya karier) dan juga study gue.
Sebenarnya pertanyaan tersebut muncul dari rasa penasaran dan berbagai pertanyaan yang muncul sebelum pertanyaan aneh ini muncul. Jadi sebelum ada pertanyaan, ada pertanyaan lainnya..ribet amat dah kek tugas pa dekan selamanya..

Ini terjadi semenjak gue masuk jurusan jurnalistik. Waktu masih Ilkom dosen gue campur-campur dari berbagai jurusan. Nah pas gue udah masuk penjurusan, dan entah ini suatu anugrah atau bencana..sialnya gue malah milih jurusan jurnalistik..kenapa jadi sial? Kesialan tersebut bukan semata-mata karena gue benci profesinya..tapi karena semata-mata gue baru sadar kalo gue bakal lulus lama, serajin apapun gue, gue bakal ditinggalin sama temen gue di jurusan lain. Kuliah gue ga bisa kelar dalam jangka 8 semester..syeeediiiih #akurapopo.
Gue mulai bingung dengan tingkah pola dosen-dosen gue pada awalnya..berbagai jenis dan tabiat mereka sungguh mengherankan, mengkhawatirkan dan sekaligus menyebalkan. Gue pun mulai jengah dan mencoba mencari pelarian. Dan ternyata hal ini pun banyak dirasakan oleh teman-teman gue juga satu jurusan..mereka, dan juga gue, mulai mempertanyakan berbagai hal..dari mulai kok bisa sih kayak gitu? ko bisa sih kayak gini? Inginnya kan begini, bukan begitu banyak sekaliiiiii (backsound- Doraemon).
Tapi makin sini, bukan hanya dosen gue yang aneh tingkah polanya, teman-teman gue pun semakin aneh juga tingkah polanya..gue akui, gue punya 95 teman angkatan yang sangat luar biasa kritis, cerdas, pintar dan ditambah bumbu mereka cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Tapi anehnya pemikiran mereka bagi gue, dari sudut pandang gue semakin luar biasa. Hingga luar biasanya mereka menjadi berpikiran sempit, dan mulai menyalahkan semua orang. Bagi gue hal itu lumrah karena mereka dan juga gue tentunya sedang megalami masa jenuh, transisi, bosan dan segala macam dari masa remaja menuju dewasa muda.
Tapi apakah masih benar ketika kita terus-terusan merasa ekslusif? Berbicara di belakang tapi tak merubah system apapun. Inilah masalahnya.. gue mulai ragu bahwa kami benar..lebih tepatnya sih gue, bukan kami...apa gue benar dengan bertindak seperti ini. Berprilaku seperti ini.
Awalnya gue juga sempat menyalahkan, mendiskreditkan teman-teman gue yang katanya anak kesayang dosen ini..dia dipilih hanya karena faktor kedekatan. Dosen suka nya yang IPK gede, padahal IPK ga menjamin kualitas.
Tapi, semakin hari gue merasa kalau pemikiran tersebut sangat keterlaluan dan luar biasa jahanam. Gue mulai merasa bahwa ada yang salah kalau gue berpikiran seperti itu. Jika gue benci sistemnya, mengapa gue harus benci dengan orang yang mencoba menerima dan menjalani sistem tersebut?
Ada alasan ketika teman-teman gue mempunyai IPK jauh tinggi lampau diatas gue dan mungkin teman-teman gue yang lain. Ini soal tanggung jawab dan kewajiban. Jadi disini siapa yang salah? Benarkah tenaga pengajar kita salah? Atau hanya kita saja yang sedang mencari-cari kambing hitam untuk dipersalahkan…atau hanya gue saja yang sebenarnya berpikiran seperti ini dan ternyata salah..hanya Tuhan dan hati masing-masing yang tahu kebenarnya..

Sebenarnya sedang galau

6 mei 2014, 00.53 pagi.

No comments:

Post a Comment