ada satu juta
cara di muka bumi yang bisa bikin fokus mu buyar seketika.
boleh ga sih,
aku cerita tentang kisah orang lain yang aku kenal di muka bumi ini? orang yang
jaraknya seinci lebih dekat dari pada bantal dan kasur yang setia menemani.
tahu tidak,
perkataan seseorang terhadap orang lain, efeknya bisa jangka panjang. apalagi
kalau orang itu adalah orang yang paling dekat denganmu, simplenya kamu sempat
bercokol selama kurang lebih sembilan bulan dalam perutnya. sangat simplenya
lagi, kamu dilahirkan olehnya.
semua orang
di jagad raya dunia ini tahu dengan pasti bahwa katanya surga itu ada dibawah
telapak kaki ibu. kenapa sih bukan di bawah telapak kaki ayah saja? istilah
perempuan harus didahulukan dan selalu benar, mungkin saja semuanya bermula
dari sini.
ini adalah
kuadran nol derajat dalam hidup, dan sesungguhnya ada yang sedang mencoba bergeliat
mencapai, yah setidaknya titik ke 90 derajat, sayangnya dukungannya berbalik
sempurna. alih-alih di dorong maju, dia justru di tarik mundur.
bukan
bermaksud cengeng atau menjelek-jelekan pemilik surga di telapak kakinya
tersebut, dia justru sedang mengalami tendensi sempurna yang menyebabkannya
kehilangan satu juta voltase kepercayaan diri. lagi-lagi kepercayaan dirinya
telah direnggut dengan paksa, hanya karena sebuah perbincangan singkat melalui
pesawat telepon.
bahkan dia
sempat ingin membunuh orang yang menciptakan alat komunikasi super canggih
tersebut. jahat yah? memang.
yang saya
tahu, dia baru saja akan merajut mimpinya yang sempat tertunda selama kurang
lebih 21 tahun lebih 8 delapan bulan. dia baru ketemu mimpinya yang sempat
hilang itu, tapi baru saja ketemu, alih-alih disatukan, dia justru diputuskan.
dia bisa saja
mengumpat kasar disebrang telpon, atau bahkan meracau tak karuan bak orang
sinting yang kehilangan pil tidurnya semalam, tapi dengan segala kepercayaan
bahwa surga memang ada di dasar telapak kaki, dia tahan sebisanya, sekuat
tenaga dengan buku-buku jari yang mulai memutih akibat cengkraman kuat dan
nafas yang di tahan. ujung-ujungnya dia kembali menyiksa diri.
dia terkadang
dengan iklas menjadi seorang masokis
dia itu juga
orangnya mudah percaya, tapi sayang terlalu bodoh untuk mengelak fakta atau
suatu kebohongan yang orang sampaikan terlalu sering padanya.
kadang aku
miris mengenal dia, bagaimana bisa ada manusia di muka bumi yang selalu tertawa
lepas di luar, mentertawakan hal-hal kecil dengan penuh bahagia, padahal jelas
jiwanya hampir hancur serupa pesawat tempur di tembak musuh.
jadi aku
tidak salahkan, kalau memanggilnya seorang masokis sejati?
dari pada
itu, mimpinya yang terlalu sering di jebak dan dihempaskan, tentu sulit untuk dia rajut kembali. suatu hari
dia bilang kalau dia ingin menjadi seseorang yang ada di medan perang, dengan
micropone di genggaman. alih-alih di dukung dengan nasihat-nashat bijak, orang
dengan surga di telapak kakinya itu justru meracau tentang harus sukses dan
masuk TV swasta, padahal yang aku tahu dia berharap dengan ada setitik rasa
khawatir dan nasihat bijak nan indah yang akan dikeluarkan oleh si pemilik surga
di tapak kaki itu.
tapi yang di
dapat sangat berbanding terbalik dengan apa yang dia harapkan.
lain pemilik
surga lain lagi pencari nafkah, si pencari nafkah terlalu sibuk membantu dia
untuk menggapai mimpi menjadi pemegang microphone di arena peperangan, tanpa
bertanya sedikit pun apa benar itu yang benar-benar dia inginkan?
yang paling
menyedihkannya adalah, dia tak pernah ditanya sekalipun, tentang sesuatu yang
dia tunggu selama 21 tahun lebih 8 bulan hidupnya
“apa kamu
bahagia?”
dia kemudian percaya, harapan atau keinginan seseoarang itu mirip lampu lighter, kalau terlalu lama dinyalakan, akhirnya akan membakar jempol mu juga, jadi seperti lampu lighter, harapan dia haru ceat-cepat dipadamkan.
jangan tanya, apa dia sering menjerit? tentu saja, dia menjerit seperti paus kesepian yang suaranya berada dalam kurun hitung 52 hertz. tentu saja tak ada yang mendengar. dia punya gelombang suara minta tolong, tapi sayangnya gelombanganya berada dalam resonasi putus asa, berada dalam gelombang 52 yang paling menyedihkan. dan kesepian.
yang aku
tahu, selain masokis dia juga sekarang hampir gila. suatu hari ada kegilaan
yang memancingnya muncul kepermukaan, tapi dia ingat Tuhan. dia tidak boleh
gila, masih banyak orang yang lebih menyedihkan darinya. itu pikirnya, setidaknya
dia masih harus beripikiran positive, meskipun disekililingnya benar-benar
terbentang istilah negative, toh hidup memang seperti itu bukan? itu
pemikirannya diawal.
sampai tadi
siang, saat pemilik surga di telapak kaki kembali mengempaskan mimpinya yang
baru dia rajut semalaman.
dia baru saja
minta dukungan dengan bercerita bahwa dia akan ikut suatu lomba tulis-tulisan
di jejaring sosial.
sayangnya, si
pemilik surga justru mengempaskan mimpinya kembali, melontarkan kewajiban-kewajiban
yang harus dilakukan saat menulis kelak, tanpa bertanya sedikitpun, sebenarnya
apa yang ingin dia tulis? singkatnya impiannya sudah di blok dengan impian si
pemilik surga.
selalu saja
seperti itu, ketika dia mulai bertemu mimpi, dengan drastis mimpinya akan di
blok oleh mimpi orang lain yang juga tiba-tiba muncul begitu saja. singkatnya
dia selalu dijebak dalam mimpi orang lain.
nah, jadi dia
harus bagaimana?
semua orang
mungkin akan bilang. itu hanya perasaan dia saja, jelas-jelas keluarganya
sangat peduli dengan selalu mendukung impiannya meskipun caranya berbeda.
kamu yakin?
aku paling dekat denganya loh, bahkan sampai tahu menu makan siang yang paling
dia sukai setiap hari apa.
semuanya
tergantung pada poin of view mu, tapi percayalah, orang yang berada dalam resonasi suara 52 paling kesepian dan menyedihkan pun terkadang yang dia butuhkan
hanya ditanya
“apakah kamu
benar-benar bahagia?”
ngaji dulu
ReplyDeleteterus menhayati
lalu pasti kan pasti kan
ucap syukur kepada gusti moho suci
ngaji ngaji dan paku di hati